Menu

Mode Gelap
Ansar Ahmad: Pulau Penyengat Harus Jadi Triger Destinasi Wisata Religi dan Heritage How To Handle Every Movie Challenge With Ease Using These Tips The Most Influential People in the Green House Industry and Their Celebrity Dopplegangers Technology Awards: 6 Reasons Why They Don’t Work & What You Can Do About It

Kolom · 22 Aug 2023 16:37 WIB ·

Rakyat Sambat Pemimpin Curhat, Rungkad


					Perbesar

"Istana berhasil digoyang" tageline setelah salah satu Finalis America Got Tallent, Putri Ariani, menyanyikan lagu berjudul Rungkat seusai upacara pengibaran Bendera Merah Putih di halaman Istana Merdeka. Foto; Istw

www.jurnalkota.online

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban

Rungkat menjadi salah satu judul lagu yang viral akhir-akhir ini. Semakin viral, ketika salah satu Finalis America Got Tallent Putri Ariani menyanyikannya seusai upacara pengibaran Bendera Merah Putih di halaman Istana Merdeka. Berbagai tageline media nasional menuliskannya dengan” Istana berhasil digoyang”.

Tak ayal para undangan, pejabat hingga peserta upacara bergoyang, para tentara yang memegang senjata pun tak tertinggal bergerak ala kemiliteran. Rupanya prestasi Putri Ariani yang mendunia membawanya menjadi tamu istimewa istana negara. Di sisi lain, goyangnya istana membawa luka perih tak berdarah bagi rakyat Indonesia.

Rungkad merupakan lagu Jawa koplo. Asli dari bahasa Sunda yang berarti runtuh, roboh, tumbang, ambruk, hancur, dan tercerabut sampai akarnya. Secara harfiah, penggunaan kata ini cocok menggambarkan kondisi pohon, bangunan, atau benda lain yang ambruk. Namun, banyak mengalami perkembangan sebagaimana yang dimaknakan dalam lirik lagunya yaitu untuk menggambarkan suasana penuh kekecewaan, sakit hati, dan penyesalan.

Menurut pencita lagunya, Vicky Tri Prasetyo, lagu ini menggambarkan perasaan hancur seseorang karena kehilangan orang yang ia cintai. Meski sudah melakukan banyak pengorbanan, ia tetap dikecewakan karena perasaannya yang tulus hanya dipermainkan. Wajar jika lagu ini berisi kalimat-kalimat keluhan maupun penyesalan.

Meski banyak pihak yang menyayangkan mengapa kini istana negara jadi mudah ” digoyang”, padahal semestinya upacara bendera memperingati kemerdekaan Indonesia itu berjalan hikmad, tenang dan tertib sebagaimana komentar Dokter Tifa. Dia mempertanyakan kenapa lagu Rungkad yang dinyanyikan di acara Upacara Kemerdekaan, Upacara yang dulunya begitu hikmat dan sakral, dan selama beberapa tahun ini berubah jadi Karnaval Baju-Baju Daerah kayak anak SD lagi Kartinian dan Joged-joged koplo? (Helloindonesia.com,19/8/2023).

Namun lagi, rungkad benar-benar menunjukkan bagaimana keadaan negara ini berikut pejabat dan pemimpinnya. Apalagi rakyatnya. Penderitaan tiada henti sementara pemimpinnya cuma pintar curhat, ya, rakyatnya sambat (mengeluh, jawa.pen). Pemimpinnya seolah sudah maksimal level dewa menjadi penyelamat nasib rakyat. Padahal yang terjadi sebaliknya, rungkad. Hancur dimana-mana, pohon-pohon tercabut dari akarnya karena bencana banjir bandang atau berganti dengan hektaran kebun kelapa sawit.

Lautnya jadi rebutan, bahkan Cina berani mengklaim teritorial Indonesia, belum lagi apa yang tersimpan di dalamnya. Pasir pun jadi barang ekspor. Tambang menjadi primadona, dari nikel, emas, tembaga, minyak, pasir kwarsa, batu bara dan lainnya, mengangkat program hilirisasi, seolah lebih baik dengan kebijakan tidak mengekspor bahan mentah melainkan setengah jadi, namun mesin smelter, modal, tenaga ahli hingga buruhnya jika didatangkan dari luar negeri bersamaan dengan penandatanganan kerjasam bilateral atau multilateral kita dapat apa?

Dapat pajak? Jika iya, mengapa setiap individu masih diwajibkan bayar pajak, jika mampir pasti kena pinalti atau denda? Jaminan kesehatan bayar dengan alasan konsep gotong royong, jalan umum bayar, dengan alasan untuk pembangunan, sekolah bayar dengan alasan biaya operasional. Sembako mahal pula, sementara yang naik adalah tingkat kriminal, angka depresi hingga bunuh diri dan angka korupsi. Semua pejabat bisa jadi tertangkap KPK, tinggal menunggu tanggal mainnya. Perkaranya ia pejabat tinggi dengan banyak kolega atau tidak, jika iya aman, jika tidak maka bersiap jadi kambing hitam dan masuk bui.

Pemimpinnya suka curhat, katanya bangsa ini sudah kehilangan adab dan sopan santun. Lupakan mereka siapa yang suka main gim saat sidang rakyat? Siapa yang melindungi anak dan istri saat ketahuan memang pelaku kriminal dengan bukti dan saksi tak terbantahkan? Siapa yang dengan lisannya mengatakan rakyat adalah beban, ciri orang miskin banyak makan nasi dan sebagainya? Akhirnya bagaimana rakyat ya bagaimana pula pemimpinnya.

Kita belum merdeka, segala fakta (baca: penderitaan) belum seberapa, yang jelas kita tak baik-baik saja, sama seperti makna lagu Rungkad, Ruwet Tak Juga Terangkat, makin kesini makin sengsara. Padahal akar persoalannya hanya satu, abai terhadap hukum Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,” Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. (QS Taha: 124).

Karena kapitalismelah kita menjadi rungkad dari berbagai lini. Sebab, kapitalisme asasnya memisahkan agama dari kehidupan. Jelas, akan ada banyak kepentingan yang menggerakkan, terutama jika diterapkan ditingkat pemerintahan, sudah menjadi rahasia umum jika pihak yang dimaksud adalah para oportunis, aktifis politik, pengusaha dengan modalnya yang luar biasa, mampu membeli negara berikut kebijakannya.

Siapapun yang menjadi pemimpinnya, jika masih menerapkan sistem sekuler jelas dia hanyalah boneka, yang bergerak karena arahkan pihak-pihak tertentu, taruhlah bukan untuk dirinya sendiri, namun setidaknya dengan setia, tunduk, patuh dan taat ia aman sentosa. Selayaknya sebagai individu beriman, yang mengaku hanya menyerahkan hidup dan mati kepada Allah SWT akan bisa menjawab pertanyaan Allah SWT berikut dengan mudah, “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah:50). Wallahu a’lam bish showab.**

Artikel ini telah dibaca 21 kali

Baca Lainnya

Media Corong Kebenaran Bukan Keonaran

15 September 2023 - 15:17 WIB

Jargon UMKM Penyangga Ekonomi, Pembodohan Alibi Mensejahterakan Rakyat

26 August 2023 - 17:07 WIB

Kritik Terhadap UU Omnibus Law Kesehatan 2023

26 August 2023 - 16:54 WIB

Potret Buram Sistem Pendidikan Sekuler Kapitalis

11 August 2023 - 02:58 WIB

Bima Anggara : Konsultan IT dan Ahli Digital Marketing Berprestasi

2 August 2023 - 00:58 WIB

Bima Anggara, Dokter Website

Menilik Efisiensi MPP Mengatasi Kebocoran Data

21 July 2023 - 15:17 WIB

Trending di Kolom